Rasulullah dalam mengenangmu
Kami susuli lembaran sirahmu
Pahit getir pengorbananmu
Membawa cahaya kebenaran
Engkau taburkan pengorbananmu
Untuk umatmu yang tercinta
Biar terpaksa tempuh derita
Cekalnya hatimu menempuh ranjaunya
Tak terjangkau tinggi pekertimu
Tidak tergambar indahnya akhlakmu
Tidak terbalas segala jasamu
Sesungguhnya engkau rasul mulia
Tabahnya hatimu menempuh dugaan
Mengajar erti kesabaran
Menjulang panji kemenangan
Terukir namamu di dalam Al-Quran
Rasulullah kami umatmu
Walau tak pernah melihat wajahmu
Kami cuba mengingatimu
Dan kami cuba mengamal sunnahmu
Kami sambung perjuanganmu
Walau kita tak pernah bersua
Tapi kami tak pernah kecewa
Allah dan rasul sebagai pembela
Kami susuli lembaran sirahmu
Pahit getir pengorbananmu
Membawa cahaya kebenaran
Engkau taburkan pengorbananmu
Untuk umatmu yang tercinta
Biar terpaksa tempuh derita
Cekalnya hatimu menempuh ranjaunya
Tak terjangkau tinggi pekertimu
Tidak tergambar indahnya akhlakmu
Tidak terbalas segala jasamu
Sesungguhnya engkau rasul mulia
Tabahnya hatimu menempuh dugaan
Mengajar erti kesabaran
Menjulang panji kemenangan
Terukir namamu di dalam Al-Quran
Rasulullah kami umatmu
Walau tak pernah melihat wajahmu
Kami cuba mengingatimu
Dan kami cuba mengamal sunnahmu
Kami sambung perjuanganmu
Walau kita tak pernah bersua
Tapi kami tak pernah kecewa
Allah dan rasul sebagai pembela
Lagu ini memberi banyak pengertian kepadaku dalam mengingati Rasulullah. Namun, sebagai seorang Muslim yang biasa-biasa, aku selalu terlari fokus memperingati baginda.
Aku mengingkari pesanan baginda.
Aku tidak menyempurnakan sunnah baginda.
Aku tidak mengasihi baginda seperti yang sepatutnya.
Apa masalahnya tu?
Pastinya keimanan kita. Kepercayaan kita. I’tiqad kita.
Secara logiknya, kita sukar mencintai sesuatu yang tidak terlihat di depan mata. Namun, kalau betul asuhan iman, mungkin kita mampu.
Salah asuhankah aku? Mungkin juga.
Tapi, aku masih tetap mahu mencarimu ya Rasulullah.
No comments:
Post a Comment